Kebijakan Energi Uni Eropa Pasca Brexit
Dengan keluarnya Inggris dari keanggotan Uni Eropa, banyak hak istimewa yang icabut serta ditangguhkan secara berkala seperti sebelumnya menjadi anggota the European Investment Bank (EIB), the European Fund for Strategic Investment (EFSI), the Connecting Europe Facility (CEF), the EU Horizon 2020 programme (H2020) and the European Energi Programme for Recovery (EEPR) dicabut serta hanya diberi akses yang limit terhadap EFSI, CEF, H2020, dan EEPR.
Kemudian pada perihal kebijakan energi Uni Eropa dan Inggris terbagi menjadi beberapa poin sebagai berikut.
Kebijakan Energi dan Iklim Uni Eropa
Keluarnya Inggris dari Sistem Perdagangan Emisi UE (ETS) dapat menyebabkan surplus tunjangan jangka pendekhal ini menjadikan ketakutan Uni Eropa akan Inggris tidak lagi patuh akan program Emisi tersebut. Dalam jangka panjang, Brexit kemungkinan besar akan menyebabkan pengetatan sistem. Jika Inggris dapat tetap berada dalam sistem hingga akhir fase ketiganya pada tahun 2020, ini dapat mengurangi resiko maslah emisi yang sebelumnya di sepakati pada Uni Eropa. Karena target efisiensi energi didefinisikan sebagai pengurangan dibandingkan dengan garis dasar, kami mengira bahwa setiap negara anggota pada dasarnya diminta untuk mengurangi konsumsi mencapai 30%. Oleh karena itu, Brexit tidak akan menyiratkan perubahan dalam kontribusi nasional untuk memenuhi target efisiensi energi di seluruh UE
Kebijakan Keamanan Pasokan Listrik dan Gas
Mengumpulkan sumber daya energi di antara Negara-negara Anggota sangat penting bagi UE untuk membangun pasar energi internal yang umum dan benar-benar terintegrasi yang mampu menahan guncangan eksternal. Mengingat integrasi energi Inggris yang terbatas dengan Uni Eropa, keamanan pasokan listrik dan gas antara Inggris dn Uni Erop itu tidak akan terpengaruh secara substansial oleh Brexit. .
Proyeksi Kebijakan Euroatom
Inggris telah keluar dari Euratom serta UE. Ini membutuhkan pengaturan yang jelas tentang masalah-masalah seperti perlindungan peralatan dan limbah radioaktif. Mengenai perlindungan peralatan, UE dan Inggris setuju bahwa Komunitas Euratom harus mentransfer peralatan dan properti lain yang terletak di wilayah Inggris terkait dengan penyediaan perlindungan. Nilai aset yang akan ditransfer akan mewakili elemen kunci dari negosiasi. Mengenai limbah radioaktif, kedua pihak tampaknya sepakat pada prinsip bahwa tanggung jawab harus diberikan kepada negara di mana bahan bakar bekas atau limbah radioaktif dihasilkan. Namun, ketidaksepakatan kemungkinan akan muncul selama negosiasi. Mempertimbangkan sifat yang sangat teknis dari masalah ini, ada seruan agar Inggris tetap berada di Euratom. Namun, bahkan jika Euratom secara hukum diatur oleh perjanjian terpisah, fungsinya tergantung pada lembaga-lembaga UE. Untuk alasan ini, Euratom tidak boleh dianggap terpisah dari berkas Brexit yang lebih luas.
Kebijakan Pasar Energi terhadap Perusahaan Inggris dan Uni Eropa
Sejumlah besar perusahaan Eropa aktif di pasar gas dan listrik Inggris dan memegang pangsa pasar yang signifikan di sana. Mereka tunduk pada risiko peraturan di lingkungan pasca Brexit Inggris tidak lagi terikat pada aturan UE. London memiliki peran utama dalam perdagangan hak listrik, gas, minyak dan emisi di Eropa. Untuk UE, penting untuk memastikan bahwa pedagang energi Inggris yang aktif di UE harus mengikuti setidaknya pasar keuangan yang ketat dan aturan transparansi seperti rekan-rekan UE mereka. London sebagai tempat hukum untuk kasus arbitrase kemungkinan besar tidak akan terpengaruh., perusahaan mungkin memutuskan untuk meninggalkan London untuk persaingan pasar. Meskipun keberlakuannya tidak berada di bawah ancaman, prosedur yang memberatkan dapat meningkatkan biaya penegakan putusan pengadilan Inggris. [12]
Penutup
Kesimpulan
Dengan keluarnya Inggris jelas merubah arah serta kebijakan Uni Eropa khususnya ada kebutuhan energi dan lainnya, kebijakan dan ketentuan khusus anggota Inggris dicabut serta ditangguhkan namun tidak semua. Hal ini dikarenakan Uni Eropa dan Inggris masih membutuhkan kerjasama tiap wilayah khususnya pada kebutuhan energi dittengha tengah krisis serta ancaman Rusia yang menerjang Ukraina yng cukup mempengaruhi setiap kebijakan yang harus direalisaskan dan ditetapkan secepat mungkin, pengaruh kebijakan yang sebelumnya di dominasi oleh adanya Uni Eropa. Dengan tidak adanya Inggris juga cukup mempengaruhi keadaan Uni Eropa khususnya slot pengisi sumber dana yang diisi oleh Jerman dan Perancis yang pendanaannya ditutupi oleh kedua Negara tersebut. Hal ini sangat mempengaruhi kebutuhan pada sector-sektor program yang dikembangkan khususnya pada permasalahan energi.
Daftar Pustaka
[1] FERN, “ Panduan Singkat Tentang Uni Eropa” Life Program of The European Union dan Ford Foundation, 2021, 1–3 https://www.fern.org/fileadmin/uploads/fern/Documents/2021/PANDUAN_SINGKAT_TENTANG_UNI_EROPA_BAHASA.pdf
[2] Hendra Pasuhuk, “Sejarah Terbentuknya Cikal Bakal Uni Eropa 70 Tahun Lalu” DW, 24 Mei 2019, https://www.dw.com/id/sejarah-terbentuknya-cikal-bakal-uni-eropa-70-tahun-lalu/a-48861327#:~:text=Untuk%20pertama%20kalinya%20sejak%20akhir,menjadi%20cikal%20bakal%20Uni%20Eropa.
[3] Muhammad Farhan Anshari dan Rusdiyanta “Potensi Dampak Brexit Terhadap Perekonomian Inggris “ (2020), hlm. 196. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjs5rGSutvyAhUUfSsKHTBBCIgQFnoECAkQAQ&url=https%3A%2F%2Fjom.fisip.budiluhur.ac.id%2Findex.php%2Fbalcony%2Farticle%2Fdownload%2F231%2F111&usg=AOvVaw3q482zuaQVs22nWytmFoZ3
[4] Indah Sri Lestari,” Penarikan iri Inggris dari Uni Eropa tahun 2016”, Vol.5,No.3(2017)p.1025 – 1030
[5] Muhammad Rizki Firzani,” Penolakan Jerman Terhaap Pergantin Made In Germany menjadi Made In EU tahun 2010 – 2014”, Vol.2,No.2(2015)p.1 – 4, https://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/08/e-journal%20Indah%20Sri%20Lestari%20(08-23-17-03-52-34).pdf
[6] Ray S. Cline, “World Power Trends and U.S. Foreign Policy for the 1980s,” in Politics & International Relations, 1st Ed. (New York: Routledge, 1980), https://doi.org/https://doi.org/10.4324/9780429267918.
[7] Happy Fajrian,” Uni Eropa siapkan strategi Energi baru agar tak tergantung gas Rusia “, diakses pada Senin, 11 April dari Katadata.co.id https://katadata.co.id/happyfajrian/berita/6218cd9316c2c/uni-eropa-siapkan-strategi-energi-baru-agar-tak-tergantung-gas-rusia.
[8] Mohammad Rosyidin, Teori Hubungan Internasional Dari Perspektif Klasik Sampai Non-Barat, ed. by Yayat Sri Hayati, First Edit (Depok: Rajawali Pers, 2020).
[9] Herry Wahyudi,” Penggunan Renewable Energi irective oleh Uni Eropa untuk menekankan penolakan impor crude palm oil di Indonesia”, Vol.2,No.2(2019)p.92 – 114, pdfhttps://media.neliti.com/media/publications/322195-penggunaan-renewable-energi-directive-ol-455cca67.pdf
[10] Anjar Sulastri,” Politik Energi Rusia dan dampaknya terhadap Eropa terkait sengket gas Rusia – Ukraina 2006 – 2009”, Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga p.12 – 17,
[11] Ummu Ro;iyatu Nahdiyati Millati Hanfifah,” Embargo Ekonomi sebgai Strategi Konfronasi Uni Eropa terhadap Rusia pada Masa Konflik Ukraina 2014 -2015”, Juranl sospol,Vol.3 , No.2(Juli – Desember 2017)p.179 – 187,
[12] Gustav Fredriksson, Alexander Roth, Simone Tagliapierta, George Zachmann, “Directorate General for Internal Policies The Impact of Brexit on the EU Energi System,” study for the ITRE Commitee, IP/A/ITRE/2017 , ( November 2017 ), hal 12 – 17