Pengembangan Pendidikan Karakter di NTB bersama We SAVE Indonesia

SDGs Philanthropy Platform

SDGs Philanthropy Platform (SDGPP) adalah inisiatif global yang menghubungkan filantropi dengan pengetahuan dan jaringan yang dapat memperdalam kolaborasi, memanfaatkan sumber daya, dan mengontrol dampak yang diberikan.

Sebagai fasilitator global dan nasional, gerakan ini membantu mitra untuk mengoptimalkan sumber daya dan upaya mereka untuk mencapai SDGs dengan memungkinkan kolaborasi yang efektif dengan ekosistem yang lebih luas. Wadah ini diluncurkan pada Juli 2014, di bawah kepemimpinan United Nations Development Programme (UNDP), Foundation Center dan Rockefeller Philanthropy Advisors (RPA), dan dengan dukungan pendanaan dari Conrad N.Hilton Foundation, MasterCard Foundation, Ford Foundation, dan lainnya, inisiatif multi-tahun ini berfokus pada masukan filantropi ke dalam lanskap perkembangan dengan membantu yayasan untuk lebih memahami peluang untuk terlibat dalam proses pembangunan global, nasional, dan local (SDG Philanthropy Platform | SDG Help Desk, n.d.).

Wadah ini dapat membantu yayasan kecil dan besar untuk mengakses informasi khusus negara yang berguna; untuk menemukan sekutu dalam sistem pembangunan suatu negara; untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan mitra dan menemukan titik masuk yang baik untuk pemberian hibah; untuk mengadakan lebih terarah dan berbagi strategi dengan penyandang dana dari semua ukuran; dan untuk melacak kemajuan dengan lebih mudah (SDG Philanthropy Platform, 2019).

Pembahasan

Permasalahan Pembangunan di NTB dan Fokus SDGs di NTB

Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi yang masih memiliki permasalahan dalam berbagai aspek pembangunan, seperti kemiskinan, kepadatan penduduk, perubahan iklim, termasuk pendidikan. Dalam hal pendidikan, daerah ini masih mengalami masalah dalam memahami materi pendidikan, kualitas pendidikan, dan guru yang berkualitas (Kompas, 2010).

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat cukup familiar dengan konsep Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (PPB), tetapi belum memiliki keseriusan dalam penerapannya. Secara khusus, Pemerintah Nusa Tenggara Barat belum memiliki kebijakan mengenai pelaksanaan PPB. Kebijakan yang terkait dengan PPB bersifat umum dan diintegrasikan dengan kebijakan lainnya dalam bentuk manajemen, perlindungan, dan pendidikan lingkungan. Dengan berbagai masalah yang dialami di NTB, tantangan untuk mencapai PPB akan lebih sulit. Pencapaian PPB bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan formal. Keberhasilan PPB juga perlu keterlibatan elemen masyarakat seperti tokoh, lembaga, dan lingkungan keluarga untuk keberhasilannya. Ada empat aspek permasalahan pembangunan di NTB, aspek-aspek tersebut adalah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, berpikir kritis dan refleksi (perenungan), partisipasi dan pengambilan keputusan, serta kemitraan (Mutohir, 2013).

Menyikapi arah PPB di NTB yang belum sesuai dengan keinginan global, Pemerintah Provinsi NTB seharusnya melakukan beberapa upaya untuk mewujudkan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Usaha tersebut dapat diwujudkan melalui dua cara, yaitu usaha internal dan eksternal. Secara internal, Pemerintah NTB perlu memanfaatkan sekolah, pesantren, organisasi pemuda dan LSM lokal yang telah lebih dulu melaksanakan aktivitas terkait Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Provinsi ini perlu membuat kebijakan yang menggerakkan elemen-elemen tersebut berperan serta untuk mewujudkan PPB di wilayah NTB. Pemerintah NTB perlu melibatkan pihak-pihak yang paham dengan permasalahan pendidikan dan kondisi lapangan di Nusa Tenggara Barat.

Para aktivis /penggerak lingkungan dan tokoh-tokoh masyarakat diharapkan dapat memberikan kontribusi pada programprogram terkait Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan. Pemerintah juga perlu lebih sensitive untuk melihat pendidikan informal yang ada di masyarakat seperti pengetahuan, kearifan lokal dan budayayang dapat memberikan kontribusi pencapaian PPB. Dengan demikian, ke empat aspek PPB akan terwujud melalui kebijakan-kebijakan yang sesuai target global dan bermanfaat untuk masyarakat NTB. Selain peraturan dan kebijakan, pencapaian PPB di NTB juga perlu didukung oleh implementasi teknis seperti program peningkatan kualitas sumberdaya manusia (terutama guru dan tokoh masyarakat), penguatan kelembagaan pendidikan, penyediaan infrastruktur penunjang PPB, termasuk dukungan penyediaan dana dan komitmen bersama pemerintah daerah dengan lembaga pendidikan, masyarakat dan organisasi/LSM (Mutohir, 2013).

Usaha eksternal yang dilakukan Pemerintah Provinsi NTB antara lain dengan meningkatkan pengetahuan dan wawasan terhadap isu-isu global yang terkait dengan isu-isu lokal di NTB. Isu-isu global tidak hanya terkait pada pendidikan, namun juga isu-isu lain yang memiliki keterikatan seperti perubahan iklim, kemiskinan, kesehatan, ketahanan pangan kemiskinan.

Organisasi pemuda dan LSM lokal di NTB memiliki peran penting dalam pendidikan informal untuk generasi muda. Program dan kegiatan mereka lebih mengarah pada aspek-aspek PPB dibandingkan lingkungan sekolah dan masyarakat. Namun, kegiatan yang dilakukan organisasi dan LSM lokal di NTB masih berjalan dengan arah masing-masing secara independen, sektoral dan minim jaringan. Kegiatan yang dilakukan mereka juga dilakukan dengan keuangan dan SDM yang terbatas, serta minim akan dukungan pemerintah. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan juga belum menjadi isu utama program dan kegiatan organisasi dan LSM di NTB. Banyak dari program kelompok ini sebagian besar mengarahkan ke isu lingkungan daripada isu sosial seperti perubahan iklim, pelestarian biota laut, dan pencegahan illegal logging.

Organisasi dan LSM lokal di NTB memiliki peran dan eksistensi mereka, antara lain dengan membangun kerjasama dan jaringan dengan LSM lokal lainnya dan LSM di tingkat nasional dan internasional; kerjasama dengan lembaga pendidikan dan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di NTB; dan kerjasama dengan elemen-elemen yang ada di masyarakat. Melalui kerjasama dengan LSM lain di level yang sama dan di atas, akan didapatkan program PPB yang lebih terarah, berkualitas dengan dukungan keuangan dan SDM yang lebih profesional. Kerjasama dengan lembaga pendidikan dan pemerintah  daerah dapat dilakukan dengan berperan dalam proses pengkajian, penyusunan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan kebijakan pemerintah terkait PPB. Kerjasama dengan elemen masyarakat akan memudahkan proses pelaksanaan program karena merekalah yang memahami karakter budaya dan situasi lokal di lapangan agar program PPB berhasil.

Deskripsi Yayasan We SAVE Indonesia

Yayasan We SAVE Indonesia telah berdiri sejak 2014 yang dirintis oleh Agus Setiawan. Berdirinya organisasi ini diawali dengan pembentukan Dompu Community (DC) pada tahun 2010. We SAVE Indonesia didirikan pada awalnya untuk memperbaiki kondisi lingkungan social dari pemuda Kabupaten Dompu, NTB. Kondisi lingkungan social di Dompu tidak terkontrol dan banyak ditemukan kasus seperti merokok, narkoba, dll. Oleh karena itu fokus kegiatan dari We SAVE Indonesia pada awalnya adalah karakterisasi atau pembentukan karakter berbudi luhur dari pemuda yang ada di Dompu. Tidak berhenti disitu, We SAVE Indonesia sadar bahwa masih banyak pemuda-pemuda diluar sana yang memerlukan bimbingan untuk menentukan arah hidupnya dan melebarkan sayap menjadi Organisasi Filantropi Regional dengan fokus bimbingan kepada pemuda yang berada di NTB (Risman, 2022).

Hasil Temuan

Tidak seperti organisasi non-profit pada umumnya, pelaksanaan kegiatan We SAVE Indonesia tidak bergantung kepada donator tertentu. Agenda-agenda yang direncanakan akan dianggarkan melalui “Gerakan Ekonomi Kreatif” dari pemuda-pemuda yang berada di bawah naungan We SAVE Indonesia. Beberapa kegiatan yang dilakukan seperti: (1) konveksi; (2) penjualan ragam jenis makanan ringan, contohnya cilok, kue basah, kue kering dsb. Yayasan ini berpendirian untuk menghindari penggunaan proposal karena akan berpotensi membuat pemuda-pemuda bermalas-malasan dalam berusaha sehingga dapat menjadi penghambat tercapainya tujuan mereka dalam membentuk karakter pemuda yang berbudi luhur (Risman, 2022).

Yayasan ini tidak memiliki donator tetap, dan hanya menerima beberapa donasi dari individual filantropis yang ingin memberikan wadah kepada mereka untuk berkreasi dalam membantu masyarakat. Beberapa capaian We SAVE Indonesia dalam berkegiatan adalah melakukan kerjasama dengan iCare Malaysia melalui program “Bakti dan Peduli Lingkungan” serta dengan Millenium Kids Inc. Australia melalui program “Student Exchange” (Millennium Kids, n.d.). Kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh We SAVE hingga saat ini belum banyak diketahui publik karena kurangnya publikasi dari media yang diterima oleh yayasan tersebut (Risman, 2022).

Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh We SAVE dalam pembinaan karakter pemuda adalah: (1) Hero Camp, kegiatan mentoring untuk membentuk jiwa kepemimpinan; (2) Sales Camp, kegiatan mentoring untuk membentuk jiwa entrepreneur; (3) Character Camp, kegiatan mentoring untuk membentuk karakter pemuda yang berbudi luhur. Selain itu, yayasan ini memiliki beberapa agenda yang dilakukan secara berkala seperti: (1) Kegiatan Kursus Bahasa Inggris, untuk memberdayakan pemuda yang belum bisa bahasa Inggris hingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (2) Pengajian Rutin; (3) CleanUp!, kegiatan bersih-bersih mingguan daerah binaan serta daerah gawat kebersihan; (4) Sekolah Karakter, kegiatan mentoring mingguan setelah Character Camp serta terbuka untuk umum; (5) Satu Hari Bersama Lansia, untuk membentuk kesadaran bahwa pada akhirnya kehidupan memiliki fase akhir yang akan dijalani semua orang; (6) Evaluasi Tahunan melalui Lomba Bersama untuk menentukan program kerja dari kelompok binaan We SAVE Indonesia yang paling efektif dan berhasil; (7) Sampah Rewarding, kegiatan ini adalah pembiasaan diri pada jiwa pemuda dan anak-anak akan kesadaran lingkungan yang dilakukan dengan cara pemuda-pemuda diberikan reward apabila berhasil memberikan sampah dengan berat atau jumlah tertentu pada Sekretariat We SAVE Indonesia. Kegiatan seperti kursus serta pengajian juga dibayarkan dengan sampah; (8) Kreatifitas Sampah, kegiatan ini dilaksanakan di desa binaan We SAVE Indonesia yakni pengelolaan sampah menjadi hasil yang kreatif (Risman, 2022).

Tidak hanya bergerak di program kerja untuk membuat perubahan, We SAVE Indonesia yang awalnya berasal dari komunitas, organisasi, kemudian berubah menjadi yayasan ini juga turut membangun SMK dan Panti Asuhan dibawah naungan yayasan tersebut. Direncanakan juga akan ada pembangunan SD, SMP, serta Universitas di bawah naungan dari yayasan ini (Risman, 2022)..

Pages:Previous page 1 2 3Next page

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *