Definisi Pembangunan Berkelanjutan
Perdebatan tentang pembangunan berkelanjutan, yang dimulai dengan diterbitkannya Laporan Bruntland pada tahun 1980, semakin diintensifkan oleh Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang “Deklarasi tentang Lingkungan dan Pembangunan” yang diadakan di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Agenda 21 muncul dari konferensi ini dan ditandatangani oleh 178 Kepala Negara sebagai langkah konkrit menuju implementasi pembangunan berkelanjutan di tingkat dunia. Pada tahun 2002, sepuluh tahun setelah Konferensi Rio, PBB kembali mengadakan konferensi di Johannesburg bertajuk “The 2002 World Summit for Sustainable Development” untuk menilai kemajuan dalam mewujudkan visi pembangunan berkelanjutan di dunia. Forum Masa Depan Inggris memberikan gambaran umum untuk memahami pembangunan berkelanjutan:
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk berkembang menjadi peluang untuk memenuhi kebutuhan dasar semua orang dan memenuhi keinginan manusia untuk kehidupan yang lebih baik. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap orang dan menjadi peluang untuk memenuhi aspirasi manusia untuk kehidupan yang lebih baik. Hal-hal yang mendukung esensi keberlanjutan dapat digambarkan dalam tiga pilar, yaitu aspek sosial (dikenal sebagai standar kebutuhan manusia), aspek lingkungan (dikenal dengan ekologi atau tanah) dan aspek ekonomi (dikenal sebagai uang atau keuntungan). Menurut Wheeler dan Beatley, ada tiga pilar yang saling berinteraksi yang mendukung keberlanjutan. Kebutuhan manusia dianggap berkelanjutan jika dapat memenuhi kebutuhan standar dalam jangka waktu yang lama. Persyaratan standar yang dimaksud meliputi udara, air dan sumber daya alam lainnya. Dengan demikian, lingkungan dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial (tolerable). Kebutuhan dasar manusia untuk ekonomi disebut berkelanjutan jika ada kesempatan yang sama (fair) untuk memenuhi kebutuhan itu. Kebutuhan akan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan tidak terlepas dari ketersediaan lingkungan seperti udara, air, tumbuhan dan hewan (viable).
Istilah pembangunan berkelanjutan tidak berubah dari tahun ke tahun. Namun, arti dari istilah ini sedikit berbeda tergantung pada negara di mana ia digunakan. Secara umum pengertian sederhana dari istilah pembangunan berkelanjutan berarti memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang. Penjelasan dari prinsip masing-masing aspek dapat dijelaskan dengan contoh-contoh berikut. Misalnya dari segi ekonomi, pembangunan dapat menekan biaya pengobatan bagi orang. Pembangunan saat ini harus memperhatikan kebutuhan generasi yang akan datang. Untuk aspek sosial, pembangunan harus mampu meningkatkan taraf hidup seluruh rakyat, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan partisipasi perempuan. Untuk aspek lingkungan, penggunaan sumber daya alam untuk pembangunan harus dibatasi agar tidak mengganggu lingkungan hidup di luar batas administratif dan kebutuhan di masa yang akan datang (perlindungan lingkungan).[3]
Keterkaitan antara Globalisasi dan Pembangunan Berkelanjutan
Munculnya istilah pembangunan berkelanjutan merupakan akibat dari meningkatnya kesadaran akan globalisasi. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Ini berarti bahwa praktik-praktik yang tidak berkelanjutan saat ini mempengaruhi kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan generasi mendatang. Pemikiran kita saat ini dibentuk oleh keyakinan berikut:
- manusia adalah bagian lain dari alam, spesies yang dominan,
- sumber daya gratis dan tidak ada habisnya.
- berbagai teknik tersedia untuk memecahkan sebagian besar masalah,
- alam memiliki kemampuan tak terbatas untuk menyerap kotoran manusia,
- akuisisi dan akumulasi bahan adalah yang terpenting.
Keterkaitan antara globalisasi dan pembangunan berkelanjutan didasarkan pada perhatian terhadap aktivitas manusia yang mempengaruhi lingkungan sehingga meningkatkan biaya ekonomi, sosial, dan ekologi. Terdapat pula pengaruh, seperti polusi udara dan efek menahun limbah pabrik, dan perubahan sumber daya alam, seperti air dan perikanan, serta permasalahan perubahan lingkungan. Hal ini disadari dan menjadi perhatian berbagai negara. Greenberg menyatakan bahwa gerakan, ekologi dan masyarakat merupakan aspek penting dalam merancang sistem pembangunan berkelanjutan.
Komunitas yang terkena dampak adalah sosial, ekonomi, higienis, budaya dan estetika. Prinsip yang digunakan di sisi komunitas adalah solusi kontekstual. Dengan demikian, pembangunan daerah yang berkelanjutan menunjukkan komitmen masyarakat dan pola pembangunan nasional. Konsep umum yang mendasari adalah untuk memenuhi kebutuhan generasi mendatang dan memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan mereka untuk meningkatkan ekonomi, kualitas lingkungan dan pemerataan. Prinsip-prinsip yang dikaji bersama menjadi dasar bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut adalah efisiensi, mobilitas, keamanan dan kenyamanan, partisipasi masyarakat, pengendalian emisi, sumber daya alam, habitat dan ekosistem. Standar pelaksanaan pembangunan berkelanjutan didasarkan pada pilar sosial, ekonomi dan ekologi.
Efisiensi secara berkelanjutan merupakan perencanaan dan pelaksanaan yang tepat untuk meminimalkan konsumsi material dan memiliki rencana pelaksanaan yang lebih optimal.[4]